Pernikahan Beda Agama menurut Kristen, Islam, Hindu


Kontrafersi Pernikahan Beda Agama

Pernikahan adalah komitmen seumur hidup untuk mengikat janji antara dua insan untuk hidup bersama sebagai suami istri. Pernikahan merupakan institut atau lembaga yang telah ditetapkan oleh Allah bagi manusia.

Setiap manusia memiliki hak azasi untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan melalui lembaga perkawinan. Setiap manusia juga memiliki kebebasan untuk memilih pasangan hidupnya. Suatu perkawinan
idealnya dilandaskan oleh rasa cinta dan kasih sayang antara seorang laki-laki dan perempuan.
Umumnya setiap orang menginginkan pasangan hidup yang seagama sehingga dapat membangun keluarga berdasarkan prinsip yang dinginkan bersama dan lebih mudah untuk menata kesepahaman dalam hal mencapai keluarga yang lebih baik dan dapat mendidik anak berdasarkan ajaran agama. Namun dewasa ini tidak sedikit pasangan yang telah melakukan pernikahan, untuk menandai keseriusan mereka dalam membangun rumah tangga. Khusus Indonesia yang merupakan negara yang memiliki cukup banyak agama membuat persoalan seperti ini banyak dijumpai. Contoh laki-laki yang beragama Islam menikah dengan wanita beragama Kristen atau sebaliknya, laki-laki Hindu dengan agama Kristen dan sebagainya.
Melihat persoalan ini, tentu banyak kalangan yang akan kontra terhadap pernikahan beda agama, dengan alasan perbedaan seperti ini akan lebih mudah membuat robohnya bangunan rumah tangga karena perbedan asas dan juga sulit dalam membina keluarga misalkan membina anak-anak melalui ajaran agama, namun tak sedikit juga yang pro terhadap penikahan beda agama.
       I.            Penyebab Terjadinya Pernikahan Beda Agama
Pernikahan beda agama merupakan sesuatu hal yang kontrafersi dikalangan masyarakat dan menjadi suatu perdebatan apakah nikah beda agama itu sah-sah saja atau sebaliknya. Fenomena ini bukan lagi hal yang langkah dijumpai di Indonesia, karena melihat Indonesia sendiri yang dikenal denga keberagaman agamanya yang hidup dalam kebersamaan. Sehingga memicu fenomena ini terjadi dengan kemungkinan yang sangat besar. Namun kembali kita memahami setiap agama yang ada di Indonesia dengan kekhasan dan norma-norma yang dianutnya membuat pernikahan harus sesuai dengan aturan-aturan yang dianut dan diimani dalam kitab suci masing-masing agama.
Dewasa ini, pernikahan beda agama disebabkan dengan alasan yang beragam, misal; Sudah terlanjur cinta; pasangan yang berbeda agama bila di tanya, mengapa melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan? Mereka pasti akan menjawab, sudah terlanjur cinta mati atau tidak bisa move on dari pasangannya dan juga Sudah nyaman dengan pacarnya, serta tidak menutup kemungkinan disetujui orang tua dengan alasan tertentu atau dengan alasan-alasan yang lain.

    II.            Pandangan Agama-agama terhadap Pernikahan Beda Agama
a.       Kristen
Pernikahan adalah persekutuan yang ekslusif seumur hidup antara seorang pria dan wanita. Pernikahan adalah satu komitmen antara seorang laki-laki dan perempuan yang melibatkan hak-hak seksual secara timbal balik. Bukan hanya sebatas itu, namun pernikahan merupakan kesatuan yang tercipta dari suatu komitmen dari janji-janji yang timbal balik. Komitmen ini tersirat dari sejak mulanya didalam konsep meninggalkan orang tua dan bersatu dan isterinya (Maleakhi 2:14; Amsal 2:17). Dan Allah adalah saksi atas suatu pernikahan. Dialah yang mengadakan pernikahan dan menjadi saksi atas janji-janji tersebut (Mat 19:6). 2 Kor 6:14 “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya
Kitab 2 Kor 6:14 merupakan dasar dari pemikiran orang Kristen untuk melangkah dalam suatu pernikan, ayat ini menghimbau agar dalam setiap pasangan haruslah seiman dalam iman kepada Yesus Kristus.
b.      Islam
Menurut Sulaiman Rasjid; pernikahan ialah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta tolong menolong antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan mahram. Ikatan pernikahan itu merupakan suatu ikatan perjanjian yang sangat kuat, yang dilakukan oleh suami istri dengan niat untuk mentaati perintah Allah Ta’ala, sehingga ketika melaksanakan dapat bernilai suatu ibadah. Maka tidak boleh main-main dalam urusan pernikahan, karena proses pelaksanaanya menyebut nama Allah.
Pernikahan beda agama dalam Islam sangat jelas diharamkan, berhubungan dengan perbedaan aqidah. Dasar hukumnya tercantum dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 221 disebut: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-waita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.
c.       Hindu
Menurut ajaran Hindu, perkawinan adalah “Yadyah” sehingga orang yag memasuki ikatan perkawinan menuju Grehastha Asrama merupakan lembaga suci yang harus dijaga keberadaan dan kemuliannya. Di dalam Grehastha inilah tiga yang harus di laksanakan, yaitu memenuhi: Dharma, Artha, Kama. Darma yaitu aturan-aturan yang harus ditaati dengan kesadaran yang berpedoman pada Dharma Agama dan Dharma negara. Artha yaitu segalah kebutuhan hidup berupa material dan pengetahuan. Sedangkan Kama yaitu rasa kenikmatan/kebahagiaan yang dapat diwujudkan dalam berkeluarga. Suatu perkawinan dianggap sah menurut Hindu adalah sebagai berikut:
·        Perkawinan dikatakan sah apabila dilakukan menurut ketentuan hukum Hindu
·        Suatu perkawinan dikatakan sah apabila kedua calon mempelai telah menganut agama Hindu.
·        Dan lain-lain
Dari uraian di atas, jelas bahwa beberapa agama tidak menyetujui pernikahan antara laki-laki dan perempuan yang memiliki komitmen untuk menikah dengan alasan keduanya berbeda keyakinan.
 III.            Iman Kristen Merespon Pernikahan Beda Agama
Perkawinan adalah suatu kemitraan yang permanen yang dibuat dengan komitmen diatara seorang Pria dan wanita. Alkitab mengatakan  “sebab laki-laki meninggalkan ibu bapaknya dan bersatu dengan isterinya, maka keduanya menjadi satu” jadi mereka bukan lagi dua orang, tetapi satu.
Berikut, bagaimana iman Kristen memandang pernikahan beda agama; Kristen memahami pernikahan dengan maksud menjalin hubungan bersama Tuhan. 2 Kor 6:14; “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapt bersatu dengan gelap? Maksud dari ayat epistel ini adalah bahwa  harus memilih pasangan yang tepat, yang seiman di dalam Kristus.
Dari hal ini, dapat dipahami bahwa iman kristen tidak membuka ruang untuk melakukan pernikahan beda agama, kerena pernikahan merupakan suatu persekutuan dengan Allah, sehingga pernikahan merupakan salah satu cara memuliakan nama Allah lewat keluarga dengan iman kepada Allah di dalam Yesus Kristus.

Kesimpulan    
             Pernikahan beda agama merupakan persoalan yang cukup menarik untuk dibahas. Pernikahan beda agama terjadi oleh karena pasangan sudah terlanjur cinta, sayang, nyaman terhadapa pasangannya, sehingga komitmen yang kuat mematahkan persoalan agama, pernikahan beda agama tidak menutup kemungkinan disebabkan oleh paksaan orang tua, keluarga atau juga disebabkan oleh hal-hal lain, misal pasangan telah melakukan hubungan seks hinggan menyebabkan kehamilan bagi wanita, karena keduanya berada pada dilema dengan pilihan saling menyayangi dan bertahan pada keyakinan masing-masing, sehingga memilih jalan tengan, menikah dengan berbeda keyakinan.
            Pernikahan dengan beda keyakinan sangat ditentang oleh beberapa agama, misalkan Kristen, Islam dan Hindu, dengan alasan sulit dalam melakukan pengesahan pernikahan melalui agama dan juga doktrin tiap agama tidak merestuinya. Khususnya bagi agama Kristen, pernikahan beda agama sangat ditolak dengan dalil yang terdapat dalam 2 Korintus 6 ayat 14. Sudah sangat jelas pernikahan beda agama merupakan sesuatu yang kontrafersi bagi sebagian agama.











Tafsiran Amsal 3:5-10


 

 Latar Belakang Teks:
            Kitab Amsal  termasuk dalam kategori kitab Ketuvim, naskah sumber utamanya ialah Masoretik, Septuaginta, dan Naskah Laut Mati yang berisi nasihat-nasihat yang diucapkan oleh raja Salomo bin Daud [1]. Amsal pasal 3 terbagi atas 35 Ayat, dan teks yang menjadi focus kajian ialah Amsal 3:5-10 yang merupakan jenis Genre/sastra tersimpan, bercorak ragam satra hikmat Instruksi, karena setiap instruksi mengandung suatu larangan (“jangan”) dan didukung oleh suatu motif (“karena” atau “sebab”)[2]
   Analisis Struktur Teks:
v    Percaya kepada Tuhan dengan segenap hati (ayat 5)
v    Mengakui Dia dalam segala tingkalaku (ayat 6)
v    Jangan menganggap diri bijak dan takulaht akan Tuhan (ayat 7-8)
v    Muliakan Tuhan dengan harta (ayat 9)
v    Tuhan yang akan membalas (ayat 10)
     Tafsiran :
            Amsal ayat 5 “percaya kepada Tuhan dengan segenap hatimu” jika kita membalikkan makna teks ini (kontradiksinya), maka maknanya bisa “tidak mempercayai Dia dengan segenap hati”. teks ini ingin berbicara tentang relasi yang intim antara manusia  dengan Allah. Mengapa kita harus percaya kepada Tuhan dengan segenap hati? Karena Dia adalah Allah yang melihat kita sebagai ciptaan yang berharga, (Mat 10:31), ayat ini mau meyakinkan kita bahwa Allah benar-benar menyangi kita, sehingga sepatutnya kita percaya kepada Dia, dan juga Amos 5:14, Maz 60:11, Yes 2:22, Yer 10:14, menjelaskan bahwa manusia tidak berdaya jika hanya mengandalkan dirinya. Alasan lain mengapa kita harus percaya kepada Allah, karena Dia yang menyertai, Dia Allah yang meneguhkan dan menolong (Yes 41:10).
            Amsal ayat 6 “Akuliah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu..” ayat ini ingin menjelaskan bahwa setiap rencana, keputusan, dan tindakan manusia haruslah mengaku dan mengingat bahwa Allah yang memberikan semua hal dapat terjadi. Allah ada di segala tempat, Allah ada di seluruh bagian alam ini dan dekat kepada kita masing-masing[3]. Dari penjelasan ini sepatutnyalah kita mengakui Dia, karena dalam segalah hal Dia hadir.
            Ayat 7-8 “Jangan menganggap diri bijak dan takulah akan Tuhan” menjadi suatu kebingungan mengapa kita tidak boleh mengaggap diri kita bijak? Dan mengapa kita harus takut akan Tuhan?  mungkin teks ini berbicara tentang manusia yang seharusnya tidak menggap dirinya bijak dalam melakukan serta memutuskan segalah sesuatu, karena jika manusia menganggap dirinya bijak maka rasa takut akan Tuhan dan mengandalkan Tuhan tidak ada lagi pada diri manusia.
            Kitab Yeremia 17:5 mengatakan “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya jauh daripada Tuhan. ayat ini mengindikasikan bahwa ada korelasi antara Ams 7-8 dengan Yer 17:5
            Ayat 9 “Muliakan Tuhan dengan harta dari hasil pertama” apa maksud dari kalimat ini? Jika kita membaca Imamat 2:12 dan Imamat 23:39, Ulangan 26:2 dsb.. kita dapat mengetahui jejak-jejak maksud teks ini. inti kitab-kitab yang disebutkan tadi ialah “membawa hasil pertama kepada Tuhan” ini adalah perintah yang disampaikan Tuhan kepada orang Israel.
            Menjadi pertanyaan ,mengapa harus hasil pertama? Hasil pertama (buah sulung) adalah suatu persembahan yang berupa hasil panen pertama dari pertanian, dalam agama-agama dan budaya Yunani, Romawi, Ibrani dan Kristen, buah sulung diberikan kepada para pemimpin agama untuk dipersembahkan kepada para dewa atau Allah.[4]
            Bagi orang Ibrani dan bangsa-bangsa kuno Timur Tengah yang lain, anak pertama dan hasil panen pertama memiliki arti khusus. Orang Ibrani mempersembahkannya kepada Allah untuk memastikan *berkat bagi seluruh keluarga dan seluruh panenan*.[5]
            Ayat 10 “Tuhan yang akan membalas” ayat ini masih sekaitan dengan ayat 9,“maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah..dst” jika kita korelasikan dengan kitab Matius 6:33 “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” kita akan tahu maksud ayat ini, yakni Tuhan yang akan memberikan kelimpahan. “bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya”. Mengapa anggur yang menjadi balasan dari Tuhan? sedikit penjelasan mengenai anggur, Pada zaman Alkitab anggur sangat berlimpah dan dimakan, baik segar maupun kering sebagai kismis atau selai, meskipun kebanyakan diperas untuk minuman. Anggur dianggap sebagai karunia ilahi.[6]
    Implikasi
Dari hasil tafsiran Ams 3:5-10 menjelaskan bahwa percaya kepada Tuhan dengan segenap hati berbicara tentang relasi yang intim dengan Tuhan, percaya kepada Dia karena adalah Allah yang mengasihi kita. (ayat 5)
Ayat 6 Mengakui Dia dalam segala laku karena Dia yang berperan dalam setiap apa yang terjadi, Dia ada di mana-mana, setiap situasi, tindakan, langkah dsb..
Ayat 7-8 Manusia seharusnya tidak menggap dirinya bijak dalam melakukan serta memutuskan segalah sesuatu, karena jika manusia menganggap dirinya bijak maka rasa takut akan Tuhan dan mengandalkan Tuhan tidak ada lagi pada diri manusia.
Ayat 9 Kalimat ini ingin berbicara tentang memuliakan Tuhan dengan harta dari hasil pertama, dalam pengertian untuk mengucap syukur kepada Allah dari hasil panen yang sulung.
Ayat 10 menjelakan tentang kemurahan Tuhan atas manusia, seperti pada penjelasan sebelumnya, yakni Tuhan akan memberi kelimpahan bagi umat-Nya yang datang kepada-Nya mengucap syukur (ayat 9-10)

     Kepustakaan
Sitompul A.A, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011)

https://id.m. wikipedia.org/wiki/Amsal_3


https://id.m. Wikipedia. Org/wiki/buah_sulung
           
Wesley Brill. J, Dasar Yang Teguh, (Bandung: Kalam Hidup, 2017)


W.R.F. Browning,  Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009)




[1] https://id.m. wikipedia.org/wiki/Amsal_3
[2] A.A Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011). Hlm 157
[3] J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh, (Bandung: Kalam Hidup, 2017). Hlm 71
[4] https://id.m. Wikipedia. Org/wiki/buah_sulung
[5]W.R.F. Browning,  Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009). Hlm. 422
[6]W.R.F. Browning,  Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009). Hlm. 24

Sejarah paham Trinitas Kristen

    Trinitas Kristen
Istilah “Trinitas” pertama kali digunakan oleh Tertullian (160-230), dia adalah seorang pemimpin gereja, lahir, hidup dan meniggal di Kartago, sekarang Tunisia. Ia mendefenisikan Trinitas sebagai: “Una subtantia trepersonae” (satu subtansi tiga pribadi).
Namun ajaran/dogma ini pertama kali ada sejak zaman purbakala. Masa kerajaan Babilonia sudah terbiasa menyembah berhala tiga Tuhan dalam kesatuan. Kebiasaan ini, juga banyak ditemukan di Mesir, penduduk Mesir menyembah tiga Tuhan dalam satu yakni; Osiris, Isis, dan Horus. Juga Yunani dan Romawi baik sebelum, selama maupun sesudah Yesus. Di Yunani, ajaran ini berasal dari paham Platonis yang diajarkan oleh Plato (?-347) dan kemudian dianut oleh Gereja pada abad ke II.
Trinitas merupakan kepercayaan Pagan Kuno. Para peneliti sepakat bahwa teologi trinitas yang muncul dalam umat Nabi Isa a.s. sebenarnya sudah ada pada sebagian agama pagan terdahulu, seperti agama bangsa Mesir, Hindu dan Buddha.
Dari uraian ini, tak dapat dipungkiri bahwa memang benar peyembahan terhadap tiga Tuhan dalam kesatuan sudah ada sebelum Kristen ada. Namun, itu bukan berarti orang Kristen telah membuat-buat atau mereka-reka Tuhan itu menjadi tiga dan disembah dalam kesatuan, tetapi memang pada hakekatnya Allah yang disembah oleh orang Kristen adalah Allah yang tak terbatas, Allah yang memiliki “Tiga Pribadi” yakni Allah sebagai Pencipta, Penyelamat/Pembebas, dan Penghibur, itulah yang mereka sebut Allah Bapa, Allah Anak (Pribadi Kristus), Roh Kudus.

Khotbah tema kerusakan lingkungan

     Kerusakan lingkungan hidup jarang untuk kita sadari, sekali pun bencana datang tak juga kita kunjung menyadari. Mungkinkah karena tidak...