Kitab Amsal termasuk dalam kategori kitab Ketuvim, naskah
sumber utamanya ialah Masoretik, Septuaginta, dan Naskah Laut Mati yang berisi
nasihat-nasihat yang diucapkan oleh raja Salomo bin Daud [1].
Amsal pasal 3 terbagi atas 35 Ayat, dan teks yang menjadi focus kajian ialah Amsal
3:5-10 yang merupakan jenis Genre/sastra tersimpan, bercorak ragam satra hikmat
Instruksi, karena setiap instruksi
mengandung suatu larangan (“jangan”) dan didukung oleh suatu motif (“karena”
atau “sebab”)[2]
Analisis
Struktur Teks:
v
Percaya kepada Tuhan
dengan segenap hati (ayat 5)
v
Mengakui Dia dalam
segala tingkalaku (ayat 6)
v
Jangan menganggap diri
bijak dan takulaht akan Tuhan (ayat 7-8)
v
Muliakan Tuhan dengan
harta (ayat 9)
v
Tuhan yang akan
membalas (ayat 10)
Tafsiran
:
Amsal ayat 5 “percaya kepada Tuhan
dengan segenap hatimu” jika kita membalikkan makna teks ini (kontradiksinya),
maka maknanya bisa “tidak mempercayai Dia dengan segenap hati”. teks ini ingin
berbicara tentang relasi yang intim antara manusia dengan Allah. Mengapa kita harus percaya
kepada Tuhan dengan segenap hati? Karena Dia adalah Allah yang melihat kita
sebagai ciptaan yang berharga, (Mat 10:31), ayat ini mau meyakinkan kita bahwa Allah
benar-benar menyangi kita, sehingga sepatutnya kita percaya kepada Dia, dan juga
Amos 5:14, Maz 60:11, Yes 2:22, Yer 10:14, menjelaskan bahwa manusia tidak
berdaya jika hanya mengandalkan dirinya. Alasan lain mengapa kita harus percaya
kepada Allah, karena Dia yang menyertai, Dia Allah yang meneguhkan dan menolong
(Yes 41:10).
Amsal ayat 6 “Akuliah Dia dalam
segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu..” ayat ini ingin menjelaskan
bahwa setiap rencana, keputusan, dan tindakan manusia haruslah mengaku dan
mengingat bahwa Allah yang memberikan semua hal dapat terjadi. Allah ada di
segala tempat, Allah ada di seluruh bagian alam ini dan dekat kepada kita
masing-masing[3].
Dari penjelasan ini sepatutnyalah kita mengakui Dia, karena dalam segalah hal
Dia hadir.
Ayat 7-8 “Jangan menganggap diri
bijak dan takulah akan Tuhan” menjadi suatu kebingungan mengapa kita tidak
boleh mengaggap diri kita bijak? Dan mengapa kita harus takut akan Tuhan? mungkin teks ini berbicara tentang manusia
yang seharusnya tidak menggap dirinya bijak dalam melakukan serta memutuskan
segalah sesuatu, karena jika manusia menganggap dirinya bijak maka rasa takut
akan Tuhan dan mengandalkan Tuhan tidak ada lagi pada diri manusia.
Kitab Yeremia 17:5 mengatakan
“Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya
sendiri, dan yang hatinya jauh daripada Tuhan. ayat ini mengindikasikan bahwa
ada korelasi antara Ams 7-8 dengan Yer 17:5
Ayat 9 “Muliakan Tuhan dengan harta
dari hasil pertama” apa maksud dari kalimat ini? Jika kita membaca Imamat 2:12
dan Imamat 23:39, Ulangan 26:2 dsb.. kita dapat mengetahui jejak-jejak maksud
teks ini. inti kitab-kitab yang disebutkan tadi ialah “membawa hasil pertama
kepada Tuhan” ini adalah perintah yang disampaikan Tuhan kepada orang Israel.
Menjadi pertanyaan ,mengapa harus hasil
pertama? Hasil pertama (buah sulung) adalah suatu persembahan yang berupa hasil
panen pertama dari pertanian, dalam agama-agama dan budaya Yunani, Romawi,
Ibrani dan Kristen, buah sulung diberikan kepada para pemimpin agama untuk
dipersembahkan kepada para dewa atau Allah.[4]
Bagi orang Ibrani dan bangsa-bangsa
kuno Timur Tengah yang lain, anak pertama dan hasil panen pertama memiliki arti
khusus. Orang Ibrani mempersembahkannya kepada Allah untuk memastikan *berkat
bagi seluruh keluarga dan seluruh panenan*.[5]
Ayat 10 “Tuhan yang akan membalas”
ayat ini masih sekaitan dengan ayat 9,“maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh
sampai melimpah-limpah..dst” jika kita korelasikan dengan kitab Matius 6:33
“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu” kita akan tahu maksud ayat ini, yakni Tuhan yang akan
memberikan kelimpahan. “bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah
anggurnya”. Mengapa anggur yang menjadi balasan dari Tuhan? sedikit penjelasan
mengenai anggur, Pada zaman Alkitab anggur sangat berlimpah dan dimakan, baik
segar maupun kering sebagai kismis atau selai, meskipun kebanyakan diperas
untuk minuman. Anggur dianggap sebagai karunia ilahi.[6]
Implikasi
Dari hasil tafsiran Ams 3:5-10 menjelaskan bahwa
percaya kepada Tuhan dengan segenap hati berbicara tentang relasi yang intim
dengan Tuhan, percaya kepada Dia karena adalah Allah yang mengasihi kita. (ayat
5)
Ayat 6 Mengakui Dia dalam
segala laku karena Dia yang berperan dalam setiap apa yang terjadi, Dia ada di
mana-mana, setiap situasi, tindakan, langkah dsb..
Ayat 7-8 Manusia seharusnya tidak
menggap dirinya bijak dalam melakukan serta memutuskan segalah sesuatu, karena
jika manusia menganggap dirinya bijak maka rasa takut akan Tuhan dan
mengandalkan Tuhan tidak ada lagi pada diri manusia.
Ayat 9 Kalimat ini ingin
berbicara tentang memuliakan Tuhan dengan harta dari hasil pertama, dalam
pengertian untuk mengucap syukur kepada Allah dari hasil panen yang sulung.
Ayat 10 menjelakan tentang kemurahan Tuhan atas
manusia, seperti pada penjelasan sebelumnya, yakni Tuhan akan memberi
kelimpahan bagi umat-Nya yang datang kepada-Nya mengucap syukur (ayat 9-10)
Kepustakaan
Sitompul
A.A, Metode Penafsiran Alkitab,
(Jakarta: Gunung Mulia, 2011)
https://id.m.
wikipedia.org/wiki/Amsal_3
https://id.m.
Wikipedia. Org/wiki/buah_sulung
Wesley
Brill. J, Dasar Yang Teguh, (Bandung:
Kalam Hidup, 2017)
W.R.F.
Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009)
[2] A.A Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta:
Gunung Mulia, 2011). Hlm 157
[3] J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh, (Bandung: Kalam Hidup,
2017). Hlm 71
[5]W.R.F. Browning, Kamus
Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009). Hlm. 422
[6]W.R.F. Browning, Kamus
Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009). Hlm. 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar