Tafsiran Amsal 3:5-10


 

 Latar Belakang Teks:
            Kitab Amsal  termasuk dalam kategori kitab Ketuvim, naskah sumber utamanya ialah Masoretik, Septuaginta, dan Naskah Laut Mati yang berisi nasihat-nasihat yang diucapkan oleh raja Salomo bin Daud [1]. Amsal pasal 3 terbagi atas 35 Ayat, dan teks yang menjadi focus kajian ialah Amsal 3:5-10 yang merupakan jenis Genre/sastra tersimpan, bercorak ragam satra hikmat Instruksi, karena setiap instruksi mengandung suatu larangan (“jangan”) dan didukung oleh suatu motif (“karena” atau “sebab”)[2]
   Analisis Struktur Teks:
v    Percaya kepada Tuhan dengan segenap hati (ayat 5)
v    Mengakui Dia dalam segala tingkalaku (ayat 6)
v    Jangan menganggap diri bijak dan takulaht akan Tuhan (ayat 7-8)
v    Muliakan Tuhan dengan harta (ayat 9)
v    Tuhan yang akan membalas (ayat 10)
     Tafsiran :
            Amsal ayat 5 “percaya kepada Tuhan dengan segenap hatimu” jika kita membalikkan makna teks ini (kontradiksinya), maka maknanya bisa “tidak mempercayai Dia dengan segenap hati”. teks ini ingin berbicara tentang relasi yang intim antara manusia  dengan Allah. Mengapa kita harus percaya kepada Tuhan dengan segenap hati? Karena Dia adalah Allah yang melihat kita sebagai ciptaan yang berharga, (Mat 10:31), ayat ini mau meyakinkan kita bahwa Allah benar-benar menyangi kita, sehingga sepatutnya kita percaya kepada Dia, dan juga Amos 5:14, Maz 60:11, Yes 2:22, Yer 10:14, menjelaskan bahwa manusia tidak berdaya jika hanya mengandalkan dirinya. Alasan lain mengapa kita harus percaya kepada Allah, karena Dia yang menyertai, Dia Allah yang meneguhkan dan menolong (Yes 41:10).
            Amsal ayat 6 “Akuliah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu..” ayat ini ingin menjelaskan bahwa setiap rencana, keputusan, dan tindakan manusia haruslah mengaku dan mengingat bahwa Allah yang memberikan semua hal dapat terjadi. Allah ada di segala tempat, Allah ada di seluruh bagian alam ini dan dekat kepada kita masing-masing[3]. Dari penjelasan ini sepatutnyalah kita mengakui Dia, karena dalam segalah hal Dia hadir.
            Ayat 7-8 “Jangan menganggap diri bijak dan takulah akan Tuhan” menjadi suatu kebingungan mengapa kita tidak boleh mengaggap diri kita bijak? Dan mengapa kita harus takut akan Tuhan?  mungkin teks ini berbicara tentang manusia yang seharusnya tidak menggap dirinya bijak dalam melakukan serta memutuskan segalah sesuatu, karena jika manusia menganggap dirinya bijak maka rasa takut akan Tuhan dan mengandalkan Tuhan tidak ada lagi pada diri manusia.
            Kitab Yeremia 17:5 mengatakan “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya jauh daripada Tuhan. ayat ini mengindikasikan bahwa ada korelasi antara Ams 7-8 dengan Yer 17:5
            Ayat 9 “Muliakan Tuhan dengan harta dari hasil pertama” apa maksud dari kalimat ini? Jika kita membaca Imamat 2:12 dan Imamat 23:39, Ulangan 26:2 dsb.. kita dapat mengetahui jejak-jejak maksud teks ini. inti kitab-kitab yang disebutkan tadi ialah “membawa hasil pertama kepada Tuhan” ini adalah perintah yang disampaikan Tuhan kepada orang Israel.
            Menjadi pertanyaan ,mengapa harus hasil pertama? Hasil pertama (buah sulung) adalah suatu persembahan yang berupa hasil panen pertama dari pertanian, dalam agama-agama dan budaya Yunani, Romawi, Ibrani dan Kristen, buah sulung diberikan kepada para pemimpin agama untuk dipersembahkan kepada para dewa atau Allah.[4]
            Bagi orang Ibrani dan bangsa-bangsa kuno Timur Tengah yang lain, anak pertama dan hasil panen pertama memiliki arti khusus. Orang Ibrani mempersembahkannya kepada Allah untuk memastikan *berkat bagi seluruh keluarga dan seluruh panenan*.[5]
            Ayat 10 “Tuhan yang akan membalas” ayat ini masih sekaitan dengan ayat 9,“maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah..dst” jika kita korelasikan dengan kitab Matius 6:33 “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” kita akan tahu maksud ayat ini, yakni Tuhan yang akan memberikan kelimpahan. “bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya”. Mengapa anggur yang menjadi balasan dari Tuhan? sedikit penjelasan mengenai anggur, Pada zaman Alkitab anggur sangat berlimpah dan dimakan, baik segar maupun kering sebagai kismis atau selai, meskipun kebanyakan diperas untuk minuman. Anggur dianggap sebagai karunia ilahi.[6]
    Implikasi
Dari hasil tafsiran Ams 3:5-10 menjelaskan bahwa percaya kepada Tuhan dengan segenap hati berbicara tentang relasi yang intim dengan Tuhan, percaya kepada Dia karena adalah Allah yang mengasihi kita. (ayat 5)
Ayat 6 Mengakui Dia dalam segala laku karena Dia yang berperan dalam setiap apa yang terjadi, Dia ada di mana-mana, setiap situasi, tindakan, langkah dsb..
Ayat 7-8 Manusia seharusnya tidak menggap dirinya bijak dalam melakukan serta memutuskan segalah sesuatu, karena jika manusia menganggap dirinya bijak maka rasa takut akan Tuhan dan mengandalkan Tuhan tidak ada lagi pada diri manusia.
Ayat 9 Kalimat ini ingin berbicara tentang memuliakan Tuhan dengan harta dari hasil pertama, dalam pengertian untuk mengucap syukur kepada Allah dari hasil panen yang sulung.
Ayat 10 menjelakan tentang kemurahan Tuhan atas manusia, seperti pada penjelasan sebelumnya, yakni Tuhan akan memberi kelimpahan bagi umat-Nya yang datang kepada-Nya mengucap syukur (ayat 9-10)

     Kepustakaan
Sitompul A.A, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011)

https://id.m. wikipedia.org/wiki/Amsal_3


https://id.m. Wikipedia. Org/wiki/buah_sulung
           
Wesley Brill. J, Dasar Yang Teguh, (Bandung: Kalam Hidup, 2017)


W.R.F. Browning,  Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009)




[1] https://id.m. wikipedia.org/wiki/Amsal_3
[2] A.A Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011). Hlm 157
[3] J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh, (Bandung: Kalam Hidup, 2017). Hlm 71
[4] https://id.m. Wikipedia. Org/wiki/buah_sulung
[5]W.R.F. Browning,  Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009). Hlm. 422
[6]W.R.F. Browning,  Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009). Hlm. 24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Khotbah tema kerusakan lingkungan

     Kerusakan lingkungan hidup jarang untuk kita sadari, sekali pun bencana datang tak juga kita kunjung menyadari. Mungkinkah karena tidak...